BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rogers menggunakan pendekatan humanistik dalam mempelajari
kepribadian manusia. Rogers optimis bahwa secara kodrati manusia itu baik,
rasional dan memiliki kencendrungan untuk berkembang secara penuh (human
development). Untuk mencapai pertumbuhan secara optimal diperlukan kondisi
a. (keaslian/apa adanya), genuines b. Penghargaan positif tanpa syarat, (unconditional
positif regard), c. Pemahaman yang empati (emphatic understanding)
(gililand/richard, 1984). Dalam konseling diperlukan kondisi seperti itu, yaitu
adanya kehangatan, keikhlasan, pemberian penghargaan positif, dan penuh
pengertian, yang dapat membantu klien untuk menjalani struktur dirinya dalam
hubungan dengan pengalamannya yang unik. Klien dapat menghadapi dan menerima
karakteristik dirinya tanpa perasaan terancam. Dengan demikian individu dapat
menuju arah penerimaan diri dan nilai-nilai, serta dapat mengubah aspek dirinya
sesuai dengan prinsip hidupnya.
Teori rogers didasarkan atas self theory yang terdiri dari:
diri (self), konsep diri (self concept), aktualisasi diri (self-aktualization),
dir yang ideal (the ideal self) dan congruence. Menurut rogers
konstruk inti konseling client centered adalah konsep tentang diri (self) yang
terbentuk melalui atau karena pengalaman yang datang dari luar dan dalam diri
individu yang bersangkutan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Biografi
carl ransom rogers
2.
Landasan
Filosofis Konseling Self
3.
Konsep
pokok Konseling Self
4.
Tujuan
Konseling Self
5.
Proses
Konseling
6.
Penilaian
BAB II
KONSELING SELF
A.
Biografi carl ransom rogers
Carl Ramson Rogers lahir pada tahun 1902 di oak Park Illionis. Dia
dibesarkan dalam atmosfer relegius dan etika yang keras dan tegas. Rogers
memulai pendidikannya di universitas wisconsin, jurusan pertanian, akan tetapi
setelah 2 tahun dia mengubah tujuan profesionalnya menjadi pendeta
(Lowrence.A.Pervin), Daniel carvoni, Oliver P.John 2010). Dia memperoleh gelar
BA pada tahun1928 dan ph. D tahun 1931 di colombia University.dari tahun 1928
sampai 1931 beliau bekerja sebagai psikolog pada child study Depertment of
society for the prevetion of
cruently to children di rochester
New York. Pada tahun 1931 sampai 1938 Roges menjabat sebagai direktur
depertmen tersebut. Kemudian pindah ke Ohio State University (1940-1945)
dan diangkat menjadi profesor dalam psikologi klinis. Pada tahun 1945 beliau
diangkat sebagai profesor dalam bidang psikologi dan psikiarti di University
of Wisconsin.[1]
Selama 12 tahun bekerja di Rochester, rogers menjadi tidak puas
dengan pendekatan tradisional dalam psikoterapi (directive therapy) yang
berlaku pada waktu itu, lalu mengembangkan suatu pendekatan baru yaitu non-directive
therapy. Pendekatan yang didasari atas anggapan : 1) bahwa klienlah yang
berhak menentukan tujuan hidupnya, bukan konselor : 2) setiap individu bisa
berdiri sendiri dan berusaha untuk memecahkan maslahnya sendiri (Rogers
1942,27, counseling dan phisichohterapy, houghton mifflin Co, Boston,
1942).Teori Rogers banyak dipengaruhi oleh pandangan rogers tehadap
mahasiswa-mahasiswanya selama bekerja diklinik.
Rogers meupakan psikoterapis pertama yang menggunakan tape recorder
diruangan tertentu dalam proses terapinya. Di awal tahun 40-an, terapi ini
menjadi sangat terkenal karena melalui terapi itu dapat diteliti secara seksama
untuk mengenali diri klien.[2]
B.
Landasan Filosofis Konseling Self
Rogers adalah seorang humanistik dan menaruh perhatian tinggiterhadap
usaha-usaha psikologis untuk praktek psikoterapinya. Humanistik psikoterapi berakar
pada filsafat eksistensialisme yang memandang manusia sebagai individu dan
merupakan problema yang unik dari eksistensi kemanusiaan. Manusia merupakan
seorang yang ada sebagai being in the world, yang sadar dan amat waspada
terhadap keberadaannya sendiri dan ketidak beradaannya sewaktu –waktu
(kematian).
Pikoterapi humanistikmendasrkan pendapat pada on becoming (proses
menjadi), dan manusia tidak pernah statis, ia slalu berubah, selalu menjadi sesuatu
yang berbeda. Dalam perubahannya untuk menjadi sesuatu yang baru ini manusia
perlu pembebasan dari situasi sebelumnya. Proses inilah yang disebut
aktualisasi diri dari potensi yang dimilikinya.
Berdasrkan pengalaman terapeutiknya, rogers ontimis bahwa organisme
manusia pada hakekatnya mempunyai tujuan tertentu dan berkembang maju kedepan.
Orgenisme bersifatkonstruktif dan realistik. Oleh sebab itu rogers memandang
bahwa pada prinsipnya manusia itu baik, rasional, sosial, dapat bekerja sama
dan dapat dipercaya, ingin maju dan realistis. Di samping itu pada hakekatnya
menusia memiliki martabat tinggi dan mempunyai kemampuan untuk membimbing,
mengatur dan mengontrol dirinya sendiri.
Sedangkan penyebab ketidak baikan manusia itu dikarnakan dipengaruh
tekanan lingkungan nya, atau lingkungan yang buruk. Dari sudut pandang
tersebut, maka rogers, tidak menitikberatkan pada kegagalan, penolakan dan
penekanan pada orang yang sakit, akan tetapi justru menitikberatkan pada daya
perkembangan yang sehat. Tendensi normal dan sehat untuk pembentukan diri
secaraotonom atas dasar daya pontensial dari orgenisme manusia yang pada
dasarnya dapat dipercayai merupakan titik tolok pikiran rogers. Dengan kata
lain harga diri klien berbeda dengan harga diri pasien, sehingga rogers tidak
mau menggunakan kata pasien tetapi klien. Konseling dipandangnya sebagai usaha
bersama antara konselor dengan klien, merupakan orang yang lebih tau tentang
dirinya sendiri dan bukan konselor. sehingga hubungannya bukan hubungan dokter
dengan pasien.
C.
Konsep pokok Konseling Self
Dalam teorinya Rogers lebih menekan kan konsep organisme dan self. Organisme adalah
unsur fisiologis dengan semua fungsi fisik dan fungsi psikologisnya. Dalam setiap
organisme terdapat lapangan fenomenal (phenomenal field) dan the self,
calvin S. Hall (1985) mengemukakan bahwa self adalah bagian dari
lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan sedikit demi sedikit melalui
pengalaman yang disadari maupun tidak. Tingkah laku adalah fungsi dari fola
pengalaman subyektif, yang berarti tingkah laku merupakan hasil dalam realitas
yang dialami, dirasa dinilai, dan bahkan di tafsirkan dalam konteks pengertian
individu. Self pada diri seseorang merupakan konsep diri (self
concept) yang terdiri dari persepsi mengenai kekhasan dari “I” atau “me”
dan persepsi hubungan antara “I” atau “me” dengan orang lain dalam aspek
kehidupan.[3] Self
bersifa lentur dan fleksibel, serta didalamnya terdapat diri ideal yang
menunjukkan keinginan seseorang untuk mempertahankan apa yang ingi diperoleh
dalam pengembangan diri dan prestasinya, dalam mempertahankan diri dan
aktualisasi diri.
Kecocokan dan ketidak cocokan diantara self dan organisme
akan menentukan kematangan, penyesuaian diri, dan kesehatan mental seseorng. Congruence
berarti ada kecocokan antara self yang dirasakan dengan penganlaman
aktual organisme. Incongruence dapat menimbulkan kecemasan, perasaan
terancam, mempertahankan diri, berfikirankaku dan melakukan cara-cara yang
tidak positif. Perhatian rogers adalah bagian mana dari self dapat
dibuat menjadi lebih congruence.
Sejalan dengan uraian Hall, menurut Bischof (1970), rogers dalam
mendiskripsikan tingkah laku manusia melalui pemahaman prinsip-prinsip tema
self , tema aktualisai diri, tema pemeliharaan diri, dan tema peningkatan diri.
1.
Tema self
Rogers mengemukakan bahwa teori kepribadian yang berpusat pada
klien adalah teori kepribadian yang berpusat pada self disebut dengan the self theory yang dirumuskan dalam
22 pertanyaanagar mudah dipahami sebagai berikut :
a.
Manusia
hidup dalam pengalamanya sendiri, disadari maupun tidak.
b.
Regsi-reaksi
organisme pada lapangan tersebut disebut dengan lapangan persepsi realitas
berdasarkan pengetesan dan penerimaan sistem perseptualnya sendiri.
c.
Reaksi-reaksi
oerganime diorganisasikan dalam lapanagan phenomena secara keseluruhan, maju
berdasarkan tujuan.
d.
Organisme
mempunyai upaya untuk mengaktualisasikan, memelihara dan meningkatkan
pengalamannya (organismenya)
e.
Perilaku
organisme didasari upaya organisme untuk memuaskan kebutuhannya sebagai
pengalaman seluruh kebutuhan saling brhubungan dan mendasar.
f.
Kepribadian
selalu berusaha untuk mengintekrasikan dua sifat dari emosi : senang tak
senang, tenagng-marah. Persepsi menentukan intensitas reaksi emosional individu
.
g.
Pemahaman
perilaku individu adalah kerangka pikir internal individu itu sendiri. Yang
terlihat hanya bagian kulitnya saja.
h.
Self
berkembang melalui usaha keras dan belajar
i.
Struktur
self dibenuk dan diorganisasikan sesui dengan sistem nilai dan konsep dirinya berdasarkan interaksinya
dengan lingkungan. Pengalaman interaksinya dengan orang lain dan pengaruh orang
tua penting dalam rangka mengembangkan dan penstrukturan sel.
j.
Pengalaman
mempunyai nilai-nila yang secara langsung dapat dirasakan , diambil, dirubah
sesuai self nya
k.
Self
adalah dasar untuk membuka persepsi atau untuk persepsi sesuatu dibawah
kesadarannya. Apakah ia akan menerima, menolak, atau menyesampingkan tergantung
pada struktur self yang sudah dimilikinya.
l.
Kebanykan
cara-cara yang di adopsi organisme adalah yang konsisten dengan konsep self nya
m.
Tingkah
laku dipengaruhi oleh pengalaman organisme dan kebutuhan yang tak
disimbolisasikan
n.
Ketidak
sesuaian psikologis terjadi bila organisme menolak menyadari sensori dengan
pengalaman yang mendala, yang tidak diorganisasikan dalam struktur self
o.
Kesesuaian
psikologis terjadi bila keseluruhan sensori dan pengalaman diasimilasikandalam
simbol secara konsisten dengan konsep self. Dorongan akan menurun bila
kepribadian mempunyai perasaan baru tentang self itu sendiri.
p.
Pengalaman
yang tidak konsisten dengan organisasi struktur self, dirasakan sebagai ancaman
terhadap struktur self yang telah ada akibatnya kepribadian menjadi kaku
q.
Dala
kondisi tidak ada ancaman terhadap struktur self, pengalaman yang tidak
konsisten dapat diterima, diuji dan
diasimilasikan dengan struktur self. Perubahan kepribadian terjadi bila ia
dapat menerima segi-segi baru dari self
r.
Diperlukan
penerimaan dan pemahaman yang mendalam terhadap pengalaman yang dapat
diintegrasikan dalam struktur self
s.
Selama
individu memperoleh kepercayaan dalam menilai, maka ia akan mendapatkan
sistem-sistem lama yang tidak perlu
t.
Kepribadian
juga menaruh perhatian pada kebutuhan penghargaan sosial
u.
Kepribadian
juga memiliki kebutuhan yang kuat akan harga diri, dan ini berkaitan dengan
penghargaan sosial
v.
Kekuatan,
kebutuhan, tuntutan akan penghargaan sosial dan harga diri menyebabkan orang
aktif dalam kehidupannya
Dari uraian
diatasdapat disimpulan bahwa perjuangan terbesar dari kepribadian adalah self
consistency. Kepribadian ada dalam dinamika perseptual, spontanitas yang lebih
besar, dan seluruh kekuatan hidup. Sitem nilai berpengaruh kuat dalam
perkembangan kepribadian seseorang.[4]
2.
Tema aktualisasi diri
Menurut rogers organisme memiliki satu kekuatan motivasi yaitu
dorongan untuk mengaktualisasikan diri dan satu tujuan hidup yaitu menjadi diri
yang aktual. Untuk mencapai tujuan diperlukan 2 kebutuhan yaitu : 1) kebutuhan
akan penghargaan positif dan orang lain. 2)kebutuhan akan penghargaan diri
sendiri. Kebutuhan-kebutuhan ini telah ada sejak kecil seperti anak ingin
disayang, dijaga, dan menerima penghargaan positif dari orang lain.
Manusia selalu berusaha menunjukkan selfnya dalam keseluruhan
dinamika perilaku untuk menjadikan dirinya sendiri yang berbeda dengan orang
lain baik dalam pungsi self organismenya maupun fungsi sosialnya, di bawah pengarahan dan tanggung jawabnya
sendiri. Proses aktualisasi diri selalu berjalan dari yang sederhana menuju
keadaan yang kompleks, dan dimulai sejak masa konsepsi sampai menjadi suatu
pribadi.
3.
Tema pemeliharaan diri
Tingkat pemeliharaan diri dicapai saat individu mampu memahami diri
sepenuhnya. Dengan pemeliharaan diriia mampu mencapai kematangan berdasarkan
dinamika kehidupan
4.
Tema peningkatan diri
Organisme selalu berusaha untuk meningkatkan diri. Prosesnya tidak
selalu berjalan lancar, mungkindisertai dengan berbagai rintangan dan perasaan
sakit. Manusia memiliki kecendrungan dan kebebasan untuk meningkatkan dirinya,
karena manusia bukanlah robot.[5]
D.
Tujuan Konseling Self
Tujuan konseling self adalah menciptakan suasana yang kondusif bagi
klien untuk melakukan eksplorasi diri sehingga dapat mengetahui
hambatan-hambatan dalam perkembangannya. Pada giliran berikutnya klien
diharapkan dapat mengembangkan aspek dalam diri yang sebelumnya mengalami
gangguan. Proses pemberian bantuan dengan menggunakan model konseling self,
yang menjadi penekanan dan perhatian konselor adalah pada individu klien itu
senditi, buka pada pemecahan masalahnya saja. Pada akhirnya diharapkan adanya
pertumbuhan dan perkembangan yang berarti pada diri klien setelah menjalani
proses konseling selesai, yaitu berkatualisasi dir.
Dengan
pertumbuhan dan perkembangan pada diri klien, diharapkan:
a.
Terjadi
keseimbangan dalam diri klien, sehingga klien lebih terbuka pada pengalamannya.
b.
Klien
dapat menjadi lebih realistis, obyektif dan presepsinya lebih luas, sehingga
ideal self nya lebih realistis dan seimbang dengan self nya. Dengan demikian
ketegangan yang terjadi pada diri akan dapat dikurangi
c.
Sebagai
konsekuensi dari perubahan pada butir a dan b di atas, selanjutnya akan tumbuh
rasa percaya diri (positif self regard) nya meningkat, klien menjadi mampu
mengevaluasi diri, sehingga dapat menjadi pribadi yang utuh, dapat menerima
diri sendiri sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya,
dapat menerima orang lain dan lingkungannya, lebih kreatif, dapat menentukan
tujuan hidupnya, mandiri, serta mampu bertanggung jawab.
E.
Proses Konseling
Dalam terapinya rogers lebih memilih istilah klien dari pada
pasien. Konsep rogers menyatakan bahwa apapun tingkah laku klien , atau
perasaan atau pikiran yang diungkapkanny, konselor harus merasakan bahwa klien
adalah seorang yang memiliki nilai, bukan orang yang sakit datang berobat.
Konseling self memusatkan perhatian pada pengalaman individual,
konseling berupaya menimalkan rasa diri terancam dan memaksimalkan dan menopang
eksplorasi diri. Memanfaatkan potensi individu untuk menilai pengalamannya,
menumbuhkan perasaan untuk memacu pada pertumbuhan. Melalui penerimaan terhadap
klien, konselor membantu untuk mengungkapkan, mengkaji dan memadukan
pengalaman-pengalaman sebelumnya kedalam konsep diri. Dengan menganalisa
pengalaman-pengalaman tersebut, individu akan mencapai penerimaan diri dan
menerima orang lain serta menjadi manusia yang berkembang penuh (fully
functioning)
Teknik
yang digunakan adalah interpersonal relations dengan interviu sebagai alat
utama sehingga terjadi hubungan timbal balik, saling menerima, saling memberikan
informasi, dan hubungan terjalin sampai final. Di samping interviu juga
digunakan terapi permainan, dan terapi kelompok, baik langsung maupun tidak
langsung. Berikut ini diuraikan penyelenggaraan konseling, peranan konselor dan
klien.
1.
Penyelenggaraan
konseling
Proses
yang dijalani konseling adalah sebagai berikut
a.
Konseling
memusatkan pada pengalaman individual.
b.
Konseling
berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan serta menopang
eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu
untuk menilai pengalaman nya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan
perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
c.
Melalui
penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan , mengkaji dan
memadukan pengalaman-pengalaman sebelumnya kedalam konsep diri.
d.
Dengan
redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang
lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
e.
Wawancara
merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
Langkah-langkah konseling self adalah sebagai berikut:
a.
Klien
datang sendiri kepada konselor untuk mendapatkan bantuan. Atau konselor diminta
datang , maka pada saat berada bersama konselor, konselor hendaklah berusaha
menumbuhkan kesukarelaan untuk menjalani konseling
b.
Konselor
berusaha membangun atau menciptakan situasi dan kondisi yang cocok untuk
suasana pemberian bantuan.
c.
Konselor
berusaha menerima, mendengar, mengenal dan memperjelas perasaan negatif yang
ada pada diri klien
d.
Konselor
memberikan kebebasan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya/masalah
e.
Apabila
perasaan negatif tersebut telah dinyatakan klien kepada konselor seluruhnya,
maka secara berangsur-angsur akan timbul perasaan positif
f.
Konselor
menerima klien apa adanya, mengenal dan berusaha menjelaskan perasaan positif
klien.
g.
Dengan
demikian pada diri klien akan tumbuh pemahaman tentang diri sendiri, dan
mengetahui apa yang harus diperbuat untuk memenuhi kebutuhannya
h.
Selanjutnya
diharapkan timbul insiatif ada diri klien untuk malakukan perbuatan yang
positif
i.
Lebih
anjut diharapkan adanya perkembangan lebih lanjut pada diri klien tentang
pemahaman terhadap diri sendiri. Dengan demikian akan timbul perkembangan
tindakan yang positif dan integratif pada diri klien.
j.
Selama
proses itu berjalan dan mendapatkan hasil yang memadai, maka selanjutnya secara
berangsur-angsur klien merasa tidak membutuhkan bantuan lagi.
Proses
konseling tersebut menunjukkan bahwa inisiatif untuk memecahkan masalah tumbuh
dalam diri klien sendiri. Sehingga berangsur-angsur klien merasa tidak
membutuhkan bantuan konselor lagi, karena klien telah menemukan dirinya dan
jalan hidupnya.
Agar proses
konseling berhasil harus diperhatikan persyaratan hubungan yang positif sebagai
berikut:
a.
Pelihara
hubungan yang akrab, kehangatan, dan responsif dengan klien. Selanjutnya secara
berangsur akan berkembang menjadi pertalian emosional yang mendalam antara
konselor dan klien.
b.
Konselor
hendaknya memahami kedudukannya sebagai “sahabat”, jangan bersikap superior,
hendaknya konselor juga peka terhadap kebutuhan klien sehingga dapat memberikan
pelayanan dengan sebaik-baiknya
c.
Bersifat
permisif berkenaan dengan eksperisi perasaan, sehingga klien mampu
mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya, jangan sampai terbawa sikap
agresif, malu, dan perasaan berdosa pada diri klien.
d.
Penentuan
waktu konseling hendaknya merupakan hasil dari kesepakatan bersama
e.
Konseling
hendaknya terbebas dari tekanan, paksaan. Waktu konseling adalah milik klien,
dan bukan milik konselor.
Dengan
demikian, jangan terjadi jalinan hubungan yang bersifat negatif seperti: hubungan jangan di dasarkan atas
rasa kasih sayang yang mendalam, hubungan sesama kawan, hubungan guru dengan
murid, hubungan dokter dengan pasien, hubungan teman sekerja, dan hubungan
antar atasan dengan bawahan. Disamping itu keberhasilan konseling tergantung
pada faktor-faktor: tingkat gangguan psikis, fisik, usia, lingkungan hidup
klien dan ikatan emosional.
2.
Peranan
Konselor
Konselor yang efektif dalam konseling self adalah konselor yang
dapat mengembangkan sikap dalam organisasi pribadinya, memahami diri sendiri,
sensitif dalam hubungan insani, bersifat obyektif, menghormati keberadaan orang
lain, bebas dari prasangka dan konflik dalam dirinya, serta masuk dalam dunia
klien. Dalam proses konseling, konselor harus bersifat fasif-reflektif.
Sejumlah kemampuan diharapkan dari konselor adalah:
a.
Kemampuan
mmenciptakan suasana yang kondusif
b.
Kemampuan
mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara bebas berkenaan dengan
masalah yang dihadapi
c.
Kemampuan
menerima, mengenal dan menafsirkan apa yang di ungkapkan klien yang berkaitan
dengan perasaan klien
d.
Kemampuan
menetapkan hubungan terapeutik, setelah masalah yang dilontarkan klien jelas,
situasi yang diharapkan dan batas hubungan klien konselor.
e.
Kemampuan
menerima, mengenal dan memahami perasaan-perasaan negatif yang diungkapkan
klien kemudian meresponnya. Respon konselor harus menunjukkan/mengarahkan
kepada apa yang ada dibalik ungkapan-ungkapan perasaan itu, sehingga
menimbulkan suasana dimana klien dapat memahami dan menerima keadaan yang
negatif atau tidak menyenangkan tersebut, tidak memproyekti kepada orang lain
atau disembunyikan sehingga menjadi bentuk mekanisme pertahanan diri.
f.
Kemampuan
memberikan respon secara isyarat badani seperti ekspresi wajah , penampilan dan
kata-kata sehingga klien merasa diterima dan dipercaya akan kemampuan konselor
dalam membantu pemecahan masalah serta pengembangan dirinya.
g.
Kemampuan
memberikan tanggapan dan informasi yang dibutuh kan klien, dan secara aktif
berpartisipasi dalam situasi konseling.
3.
Peranan
Klien
Agar proses konseling berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan
yaitu membantu klien dalam mengeksplorasi diri, sehingga klien dapat memahami
dir, orang lain dan lingkungannya serta membantu klien agar bergerak maju
menjadi pribadi yang berkembang penuh (fully functioning), mandiri dan
bertanggung jawab, klien harus bersifat aktif. Guna untuk mencapai keberhasilan
itu, klien hendaklah memenuhi persyaratan berikut.
a.
Klien
hendaklah datang dengan kemauannya sendiri untuk meminta bantuan konselor, dan
menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada konselor
b.
Klien
harus mengungkapkan perasaannya secara terbuka aktif, tidak dengan perasaan
malu dan dibebani perasaan berdosa/bersalah
c.
Klien
harus mempunyai keyakinan untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan dirinya.
d.
Klien
harus mampu menerima dan memahami dirinya sendiri sebagaimana adanya dengan
segala kekurangan dan kelebihannya, serta menentukan pilihan sikap dan tindakan
mana yangakan diambil, dengan segala konsepkoensinya.
e.
Membuat
rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai dengan pilihan yang telah
dibuat
f.
Klien
harus mampumencoba memanifestasikan/mengaktualisasikan pilihanya dalam sikap
dan tingkah lakunya, sampai ia merasakan bahwa dirinya telah benar-benar
menjadi individu yang kepribadiannya terintegrasi, mandiri dan bebas dari
gangguan psikis
Dengan demikian
dari proses konseling ini, klien bersikap lebih aktif dengan diberikannya
kesempatan dan kebebasan untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang
dan merealisasikan potensinya, sehingga klien semakin sanggup untuk mengadakan
perubahan –perubahan sikap dan perasaan-perasaan negatif ke positif, yang pada
giliran berikutnya klien mampu untuk menentukan tujuan hidupnya, mandiri,
menerima dan menjalin hubungan dengan lingkungannya, serta bertangung jawab,
sehingga menjadi pribadi yang utuh.[6]
F.
Penilaian
Pengaruh pemikiran rogers tentang client centred banyak
digunakan dalam pelayanan bantuan kepada anak-anak. Orang dewasa maupun orang
tua. Beberapa pendekatan yang didasari teori rogers ini antara lain yang
dikembangkan Axline dalam clientcentered play therapy, nicholas hobbs dalam
group centred psichotherapy dan student centred therapy.
Ada
beberapa alasan mengapa orang amerika lebih tertarik menggunakan terapi rogers
baik secara utuh maupun secara modifikasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh
harper (bruce 1971:215) adalah sebagai berikut:
1.
Teori
rogers sesuai dengan kebiasaan dan sifat orang amerika yang demokratik, sebab
klien tidak diperlakukan sebagai pasien tetapi sederajat dengan konselor
2.
Filsafat
pessimistis yang menekankan pada potensi individu untuk berkembang secara
konstruktif yang mendasari teori rogers, yang merupakan refleksi budaya amerika
yang bersifat optimistik pula.
3.
Terapi
rogers mudah dilaksanakan dan menarik bagi remaja
4.
Teori
rogers lebih memungkinkan perubahan kepribadian yang lebih cepat dari terapi
psikoanalisa
5.
Teori
rogers lebih mudah dipahami oleh ahli psikologi amerika, sebab dasar
filosofinya demokratik, menghargai penelitian dan tidak terlalu banyak
menggunakan istilah-istilah dan metode asing.
Shetzer dan
stone (1980:218) mengemukakan beberapa pengaruh terapi client centered terhadap
psikoterapi dan konseling yaitu:
1.
Menempatkan
klien sebagai pusat perhatian dalam konseling
2.
Menekankan
pentingnya hubungan konseling sebagai saranautama dalam menciptakan perubahan
kepribadian
3.
Lebih
menekankan pentingnya sikap konselor dari pada penguasaan teknik, dalam
menciptakan hubungan konseling maupun terapi
4.
Merangsang
penemuan dan penelitian dalam rangka pemahaman dan pengembangan proses terapi
dan konseling
5.
Memberikan
penekanan bahwa konseling maupun terapi sangat mementingkan masalah emosional,
feeling dan afektif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
(carl R. Rogers) menurut rogers konseling dan psikoterapi tidak
mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien sebagai konsep dan alat
baru dalam terapi yang dapat diterapkan pada orang dewasa, remaja, dan
anak-anak.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada percakapan
klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah
dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep
mengenai diri (Self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat
kecemasan. Menurut rogers konsep inti konseling berpusat pada klien adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan diri dan
perwujudan diri.
Karakteristik konseling self adalah: (1) fokus utama adalah
kemampuan individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah, (2) lebih
mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek, (3) masa kini lebih banyak
diperhaatikan dari pada masa lalu, (4) pertumbuhan emosional terjadi dalam
hubungan konseling, (5) proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran
diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya, (6) terapeutik
yang berkembang menuju kepada kepribadian klien yang integral dan mandiri, (7) klien
memegang peranan aktif dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif
reflektif.
B.
Kritik dan Saran
Penulis
menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi
maupun penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
diperlukan untuk perbaikan makalah ini.
Daftar Pustaka
1. Taufik,
Model-Model Konseling, UNP Padang, 2012